Lingkaran Laba Bakso Malang


bakso dengan kuah kaldu gurihSemangkuk bakso dengan kuah kaldu gurih yang masih mengepul, ditambah sedikit sambal, saos, dan kecap, ditaburi seledri dan bawang goreng, hmm… sangat menggiurkan. Semakin pedas, semakin seru. Di tengah menjamurnya resto yang menjual makanan dari negeri asing, mulai dari steak hingga kebab, bakso tetap menjadi pemenang abadi yang tak ada tandingannya. Bisnis yang tak ‘ada matinya’ inilah yang sukses dikembangkan Henky Eko Sriyantono melalui Bakso Malang Kota Cak Eko”.

Siapa yang tak suka pada bakso? Dari anak kecil, hingga orang tua, rasanya hampir tak ada yang tak menyukai bola daging gurih ini. Tak kenal musim dan tak kenal krisis,jajanan ini selalu dicari. Lokasi pun sepertinya tak jadi masalah. Mangkal di depan sekolah atau terselip di antara gedung tinggi perkantoran, bakso selalu dikerumuni penggemarnya. Jangkauan konsumenpun nyaris tanpa batas, dari anak sekolah sampai para eksekutif mobil mewah. Tak pandang bulu, apakah tempat jualannya berbentuk gerobak di pinggir jalan, menempati sebuah sudut food court, menjadi restoran ataupun kedai khusus bakso. Tak pula melihat usia, jenis kelamin, dan juga membedakan suku. Baca selengkapnya…

Posted in Uncategorized0 Comments

Keberhasilan Adalah Soal Memilih


Keberhasilan Adalah Soal Memilih“Tak ada kata yang lebih pentin dalam keberhasilan selain menerima (orang) yang terbaik.” - Oscar Wilde

HIDUP ADALAH PROSES memilih. Anda sekolah pun beIajar memilih. Anda mendapatkan rumus-rumus untuk membantu memilih dalam pekerjaan atau profesi. Jadi dalam hidup ini sebenarnya sedikit sekali peristiwa yang kita namakan accident (kecelakaan).

Seseorang yang tersesat di alam pendakian di lereng gunung Cireme atau Lawu pasti karena ia salah memilih jalan. Seseorang sukses dalam berkarir pasti karena sejak awal ia mengambil jalan yang benar, mulai dari memilih jurusan di SMU, memilih jalur pendidikan diperguruan tinggi, memilih teman dan pasangan, memilih pekerjaan dan tempat tinggal dan seterusnya. Bangkrutnya sebuah perusahaan juga karena mereka salah memilih pimpinan, pegawai, pembelian, lokasi, segmentasi pasar dan seterusnya.

Pilihan-pilihan itu diambil seperti saat kita melewati jalan yang yang bercabang-cabang. Kita memilih jalan lurus atau belok kanan, setelah itu kita memilih lagi, jalan yang ke atas atau ke bawah. Yang ke atas ada pilihan lewat jalan kecil yang lurus atau jalan besar yang berkelok-kelok. Sama seperti Anda memilih antara bekerja di perusahaan atau berwiraswasta.

Semua jalan ada cagak dua atau cagak tiganya. Dan semua itu ada agar kita mengambil pilihan. Sekali salah memilih, kita diberi ruang untuk mengoreksi atau balik arah. Kalau dibiarkan maka kita akan menerima akibatnya kelak. Untuk memilih itulah kita mencari ilmu. Jadi rumus­-rumus yang didapat di bangku sekolah membantu kita untuk mengambil keputusan, yaitu memilih. Baca selengkapnya…

Posted in Uncategorized0 Comments

Kelezatan Kebab Hendy Setiono


Kelezatan Kebab Hendy SetionoSejarah dan Perdaban dunia membuktikan bahwa perubahan senantiasa dimulai oleh generasi muda. Seratus tahun yang lalu, generasi muda yang berkumpul mendirikan Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908 telah membuat Indonesia merdeka. Salah satu contoh generasi muda yang mampu membuat perubahan adalah Hendy Setiono, lewat sajian lezatnya kebab turki Baba Rafi.

Q: Bisa di jelaskan bagaimana awalnya berwirausaha kebab?

A: Awalnya berasal dari hobi. Kebetulan hobi saya makan. Pada saat ada kesempatan berlibur ke Qatar, salah satu negara di Timur Tengah, saya tortegun menyaksikan populernya makanan bernama kebab itu. Pada saat saya mencoba, wah, ini rasanya kok enak banger. Dan muncullah ide untuk membawa menu makanan kebab itu ke Indonesia. Saya mulai mencobanya di Surabaya lima tahun yang lalu dengan menggunakan satu bush gerai gerobak. Dan Alhamdulillah ternyata sekarang telah berkembang lebih dari 352 outlet di lima puluh kota diseluruh Indonesia.

Q: Mengapa diberi nama “Baba”?

A: Betul. Saat itu saya terpikir akan menggunakan nama “Kebab Turki Mas Hendy.” Tapi kan kayaknya tidak menjual, jadi pakai nama “Kebab Turki Baba Rafi”. Rafi sebenarnya nama anak saya yang pertama. Sementara “Baba” adalah “Bapak” gitu, jadi “Kebab Turki Bapaknya Rafi”.

Q: Langsung berkembang besar? Apa saja tantangannya?

A: Ya pasti. Bisnis ini tidak langsung berhasil, harus melalui proses perjuangan yang jugs berliku. Terutama pada saat awal, ketika saya masih sering terjun untuk berjualan sendiri. Saat itu musim hujan, sehingga omzet penjualannya tidak begitu bagus. Tapi karena saya semangat dan terus optimis, akhirnya bisa berkembang, terus berjalan hingga sekarang. Saya juga harus mengedukasi pasar. Banyak orang bertanya-tanya, “Apa sih ini kebab?” Setelah mencoba, dan penasaran dengan menu kebab, beberapa orang merasa cocok dengan rasanya. Besoknya mereka kembali lagi, dan mulai membeli bersama teman dan keluarganya.

Q : Beratkah bagi seseorang yang berpendidikan tinggi lalu banting setir menjadi pedagang?

A: Yaaa, betul. Ada perasaan malu dan gengsi, terutama di awal-awal. Tapi saya mencoba untuk melawan perasaan tersebut. Saya camkan bahwa kita harus mulai dari sesuatu yang kecil dulu.

Q: Ya. Kalau Anda ingin berbisnis dan berusaha, ada beberapa pilihan. Yang pertama, yang paling gampang, ikuti saja yang sudah ada. Jadi orang lain bikin martabak, kita bikin martabak. Tetapi kalau sudah se­perti itu konsumennya hanya akan memilih yang harganya lebih murah saja. Yang kedua adalah berbisnis dengan meniru yang sudah ada tapi kita perbaiki, kita ubah sedikit, kita bikin sesuatu yang berbeda. Nah yang ketiga adalah berbisnis yang sama sekali belum pernah ada di pasar. Di sinilah Hendy masuk, sebab kebab turki memang baru diper­kenalkan olehnya. Hanya, awalnya ia pernah salah, karena gerobaknya tidak unik, sama dengan gerobak martabak atau sate. Setelah kesadaran muncul, barulah ia membuat pembedaan dengan membuat gerobak yang colorful. Strategi inilah disebut dengan the power of differentiation, menciptakan perbedaan. Baca selengkapnya…

Posted in Kewirausahaan0 Comments

Kebab Baba Rafi Go Internasional


Kebab Baba Rafi Go Internasional Strategi promosi dan publikasi kebab turki Baba Rafi jelas: kualitas adalah segalanya. Oleh sebab itu, Baba Rafi menyiapkan pasukan khusus untuk quality control yang selalu memantau kondisi setiap outlet. Berdiri di bawah divisi Quality Control and Maintenance, divisi itu bertugas mengecek dan mempertahankan kualitas rasa, pelayanan, kebersihan, serta value produk. Sebagai pendukung, usaha kebab ini menyediakan line telepon khusus bagi konsumen untuk menyampaikan komplain bila kualitas mengecewakan.

Salah satu faktor yang membuat kebab Baba Rafi banyak digemari adalah inovasi yang tiada hentinya diciptakan. Misalnya, dengan adanya diferensiasi istilah pada penamaan menu, seperti Winner, Kebab, Hotdog Jumbo, Syawarma, Kebab isi Sosis istimewa, Kebab Gila (kebab dengan porsi lebih kecil) ataupun Kebab Picok (Pisang Cokelat). Harganya pun sangat terjangkau, masih di bawah 10 ribuan rupiah. Hendy juga mengadopsi strategi marketing klasik, yaitu lokasi, lokasi, dan lokasi. Ia selalu memilih lokasi berdagang di tengah-tengah keramaian dan menggunakan warna-warna mencolok agar terkesan familiar (eye catching) dan gampang diingat (memorable).

Inovasi unik lainnya adalah cara pengolahan. Baba Rafi menggunakan teknik mengolah daging dengan cara diasap, bukan digoreng. Daging berukuran besar itu diasap terlebih dulu, lantas dipotong diiris-iris, dengan aroma asap yang menjadi ciri tersendiri. Jenis-jenis bumbunya pun disesuaikan dengan lidah lokal, misalnya bila bumbu Turki asalnya lebih spicy, maka bumbu Baba Rafi tidak terlalu tajam dan cenderung ke arah manis.

Alhasil, trik dan strategi di atas memikat banyak penggemar. Bahkan, kebab banyak menarik minat masyarakat untuk bermitra. Hendy pun berupaya mematenkan usahanya dengan mendirikan perusahaan manajemen PT. Baba Rafi Indonesia. Perusahaan ini kemudian menelurkan penawaran kerjasama usaha dalam bentuk franchise dengan brand “Kebab Turki Baba Rafi”. Baca selengkapnya…

Posted in Kewirausahaan0 Comments

Hendy Setiono: Mencari Partner Bisnis


Hendy Setiono Mencari Partner BisnisMengawali sebuah bisnis memang tidak mudah. Namun keinginan untuk membuka usaha kebab tak terbendung lagi. Begitu tiba di Surabaya, Hendy langsung menyusun strategi bisnis. Hal pertama yang dilakukan adalah mencari rekan bisnis. Ayah tiga anak ini tidak ingin usahanya asal-asalan. Ia kemudian bertemu Hasan Baraja, kawan bisnisnya yang kebetulan juga senang seni kuliner.

Mereka kemudian sepakat untuk melakukan bisnis yang sarat trial and error. Hal ini dilakukan untuk menjajaki peluang bisnis, pangsa pasar, serta resep kebab yang dapat diterima lidah orang Surabaya. Ia mengaku pernah membuat kebab dengan resep dari Qatar yang rasa kapulaga dan cengkehnya kuat. Namun ternyata tidak begitu disukai konsumen. Ukurannya pun terlalu besar. Oleh sebab itu ia memodifikasi rasa dan ukuran yang pas supaya lebih familiar dengan orang Indonesia. Hingga akhirnya, terciptalah resep kebab Turki ala Hendy dan Hasan. Kombinasi bahan yang digunakannya membuat lidah tergiur. Bayangkan daging panggang berbumbu, menyebarkan aroma yang membangkitkan selera. Ditingkahi irisan sayur segar, mayonnaise, saus tomat dan sambal istimewa, dengan penyajian menarik: digulung dalam lembaran tortilla lembut.

Proses memformulasikan resep yang tepat membutuhkan waktu sekitar tiga bulan. Dengan modal sekitar 10 juta rupiah, pada September 2003, gerobak jualan kebab pertamanya mulai beroperasi. Masa-masa awal usahanya, diakui Hendy sangat berat. Pernah, sejumlah uang untuk berjualan dibawa lari karyawan. Turn over karyawan juga sangat tinggi. Baru beberapa minggu bekerja, karyawan minta keluar. Bahkan, ia dan istrinya, Nilamsari, suatu ketika harus berjualan sendiri. Namun, karena kebetulan hari hujan, tak banya orang lalu-lalang untuk jajan. “Uang hasil berjualan hari itu digunakan membeli makan di warung seafood saja tak cukup. Karena tak ingin setengah-setengah dalam menjalankan usaha kebabnya, ia kemudian memutuskan untuk meninggalkan bangku kuliah di Fakultas Teknik Informatika, Institut Teknologi Surabaya (ITS), hingga akhirnya harus putus sekolah. Tentu saja hal itu sangat mengecewakan orangtuanya. Namun Hendy berjanji tidak akan menyia-nyiakan bisnisnya, suatu janji yang di kemudian hari dibuktikannya dengan jitu.

Posted in Kewirausahaan0 Comments

Hendy Setiono: Dari Lidah Turun ke Bisnis


Hendy Setiono: Dari Lidah Turun ke BisnisKalau tidak pernah mencicipi makanan khas Timur Tengah, bisa jadi ia tak akan sesukses sekarang ini, Namun, lidah Hendy Setiono tak hanya dapat menececap makanan enak. Ia pun dapat membisniskan makanan enak itu sampai kebab turki Baba Rafi yang didirikan dengan modal 10 juta rupiah dapat melanglang buana sampai ke mancanegara.

IDE BISNIS BISA muncul kapan saja, di mana saja. Hendy Setiono (26), misalnya, menemukan ide bisnis setelah mencoba makanan khas Timur Tengah, kebab. Pada Mei 2003, arek Suroboyo ini mengunjungi ayahnya yang bertugas di perusahaan minyak di Qatar.

Selama di negeri minyak itu, dia banyak menemui kedai kebab yang dijubeli warga setempat. Karena penasaran, akhirnya ia pun mencobanya. “Ternyata, rasanya sangat enak. Saya tak menduga sebelumnya,” ungkap Hendy.

Tak hanya enak dan perut kenyang, sejak saat itu, benak pria , doyan makan ini, mulai didominasi oleh keinginan untuk membuka usaha kebab di tanah air. Makanya, selama di Qatar, dia juga memanfaatkan waktu untuk berburu resep kebab, terutama di kedai kebab. yang paling ramai pengunjungnya. Alasannya sederhana; selain rasanya enak, ia melihat belum banyak usaha semacam itu di Tanah Air. Padahal di Indonesia terdapat banyak warga keturunan Timur Tengah yang menyebar di berbagai kota. Orang Indonesia juga banyak yang naik haji atau umrah. Biasanya, mereka pernah merasakan kebab di Makkah atau Madinah. “Nah, mereka bisa bernostalgia makan kebab di outlet saya,” katanya beralasan.

Dari sekian jenis kebab yang dicobanya, sulung dua bersaudara pasangan Ir. Bambang Sudiono dan Endah Setijowati, berpendapat kebab dari Istanbul, Turki, yang paling enak. Karena itu, dia menggunakan “trade mark” Turki untuk menarik calon pelanggan.

Posted in Kewirausahaan0 Comments

Tips Membangun Bisnis dengan Kekuatan dan Kesederhanaan


Tips Membangun Bisnis dengan Kekuatan dan Kesederhanaan“Karena berpakaian yang kompleks dan menggunakan cara berpikir seperti orang yang bekerja, banyak peluang yang hilang.” - Thomas A. Edison

KEHEBATAN SEORANG WIRAUSAHA selain ia kreatif dan berani, ia juga biasa bertindak dan berpikir cepat. Dari mana kemampuan ini mereka dapatkan?

Mudah saja, mereka menikmati kekuatan dan kesederhanaan (the power of simplicity). Mereka bisa berpikir, bekerja cepat, menjadi ahli, menguasai keadaan, karena berpikirnya tidak ruwet. Mereka mengerjakan yang mereka kenali, bahkan seringkali hanya pada hal-hal yang mereka akrabi dari kecil. Hal yang dipikirkan disederhanakan dan tidak macam-macam. Segala hal yang sulit, mereka cari dan buat menjadi sederhana.

Segala yang sederhana itu menjadi mudah diingat, mudah diterapkan, dan mudah didapatkan. lngatlah para genius dalam ilmu pengetahuan sesungguhnya bukanlah kalangan ruwet yang suka menyusahkan anak didiknya. Lihat saja Albert Einstein, ia begitu terkenal dengan rumus sederhananya: E = MC². Sederhana, bukan? Demikian juga dengan Adam Smith yang menyederhanakan proses bekerjanya pasar dengan kalimat pendek: the invisible hands (tangan-tangan tak kelihatan). Atau Bapak psikoanalisi Sigmund Freud yang membagi diri manusia dalam rumus: id, ego, super ego.

Mereka jauh lebih dikenal sebagai ilmuwan ketimbang teman-teman kita yang membuat rumus-rumus panjang dan sulit menjelaskan isi kepalanya karena “terlalu pintar” dan akhirnya menjadi ruwet.

Firmansyah Budi Prasetyo berselancar di atas papan kesederhanaan, yaitu ketela yang selalu ada di mana-mana. Produknya juga sederhana saja, yaitu dimasak dalam beberapa varian rasa yang sudah diketahui dan disukai masyarakat. Caranya juga sederhana, yaitu pakai gerobak dan diwaralabakan. Fee-nya juga cukup murah saja. Baca selengkapnya…

Posted in Kewirausahaan0 Comments

Renyahnya Waralaba Ketela Sembari Memerangi Human Trafficking


Renyahnya Waralaba Ketela Sembari Memerangi Human TraffickingKrisis tenaga kerja di Indonesia menjadi pemicu Firmansyah untuk memulai usahanya. Ditangannya, ketela atau singkong menjadi komoditi pangan yang cita rasanya berbeda. Dengan menggunakan gerobak milik almarhumah Sadri Budi Rahayu, sang bunda, lulusan fakultas hukum ini menggunakan brand Hommy tela.Setelah berkembang brand-nya berubah menjadi Tela Krezz. Kini berbagai variasi rasa telah dikembangkan. Mulai dari Tela Lapis, Tela Bolo-bolo, Telajana, tela Bola. Pengembangan usahanya mengadopsi pola waralaba. Mengkloning sistem sesuai dengan Standard Operating Procedure (SOP) menjadikan usaha tela Krezz dapat dikembangkan di mana-mana. Kini lelaki berusia 28 yang bermotto “Hidup harus memberi” ini telah memiliki 623 outlet di seluruh Indonesia dengan 98 wilayah keagenan dan omzet penjualan sebesar 2 miliar rupiah perbulan.

Q: Dapatkah Anda bercerita latar belakang menjadi pengusaha? Mengapa memilih singkong? Dan apa hubungannya dengan human trafficking?

A: Dulu saya pernah ikut study exchange di Kanada. Lalu saya juga pernah ditempatkan di Entikong, perbatasan Kalimantan Barat, untuk mengikuti program community development. Di sana ternyata banyak sekali kasus perdagangan manusia atau human trafficking. Sekitar 70% TKW kita ada di Malaysia, namun tak semuanya legal. Kondisi dan permasalahan di sana ,membuka mata dan hati saya untuk ikut berbuat sesuatu. Karena itulah, sepulang dari Kanada, saya mengambii keputusan untuk tidak menggunakan ijazah sarjana saya untuk melamar pekerjaan dan bertekad akan membuka usaha sendiri. Baca selengkapnya…

Posted in Kewirausahaan0 Comments

Firmansyah: Sistem Waralaba dan MLM


Firmansyah: Sistem Waralaba dan MLMFirman masih ingin mengembangkan usahanya. Setelah mempertimbangkan cukup matang, Ia memutuskan membuat waralaba. Modal untuk membeli waralabanya sama sekali tidak besar, hanya sekitar Rp3,5 juta hingga Rp6 juta. Uang itu sudah termasuk pelatihan untuk operasional usaha, termasuk cara memilih singkong yang baik. Firman juga menerapkan sistem bahwa di setiap kota hanya akan ada satu pembeli waralabanya. Jadi, di satu kota hanya akan ada satu pemenang master waralaba. Lalu, bagaimana kalau ada pengusaha di kota yang sama ingin membuka usaha itu? Mereka bisa mendaftarkan diri pada pemegang master waralaba tersebut. Untuk operasional, pembeli waralaba di kota itu akan mendapat suplai bumbu standar (untuk melunakkan singkong dan bumbu variasi rasa) dari pemegang master waralaba di kotanya masing-masing.

Sementara itu, untuk memegang master waralaba di suatu kota, modalnya juga tidak terlalu besar. Biaya yang dipatok adalah Rp12 juta hingga Rp15 juta, tergantung kota dan lokasi. Hebatnya, Firman memberikan garansi bahwa uang akan kembali bila dalam waktu satu tahun, si pembeli waralabanya belum mendapatkan modalnya kembali. Ia juga memberi tantangan bagi pemegang master waralaba. Seperti sistem MLM (multilevel marketing), bagi mereka yang bisa memperbanyak jumlah pembeli waralaba, ia akan memberikan bonus khusus.

Bagaimana caranya membeli waralaba Firman? Anda hanya perlu mengirim surat permohonan lewat email. Atau, cara yang lebih mudah adalah menghubungi Firman melalui telepon seluler. Selain garansi adanya pengembalian pembelian lisensi, Firman juga ingin membuktikan bahwa bisnisnya berdasar pada kepercayaan. Ia berharap para pembeli waralabanya percaya bahwa hanya dengan melalui ponsel atau email, gerainya bisa Iangsung beroperasi dalam jangka waktu dua minggu sejak transaksi dilakukan. Firman selalu berpikir selangkah lebih maju. Ia tak hanya memikirkan perkembangan usahanya, melainkan bercita-cita membuka lapangan kerja bagi orang banyak, karena ia melihat bahwa pemerintah kurang memerhatikan masalah pengangguran yang makin lama makin banyak. Ia melihat dan percaya orang Indonesia punya sifat yang bagus dalam bekerja, yaitu uLet. Baca selengkapnya…

Posted in Kewirausahaan0 Comments

Tela KreZZ, Bisnis Peninggalan Ibu


Tela KreZZ, Bisnis Peninggalan IbuKalau saja dulu Firman menuruti kata-kata ayahnya untuk bekerja sesudah lulus dari Fakultas Hukum Universtias Gajah Mada, mungkin saja ia tidak sesukses sekarang. Kemungkinan besar total gajinya setahun masih dalam hitungan juta. Pasti keadaannya berbeda dari Firman sekarang, yang bisa meraup omzet senilai miliaran rupiah, hanya dengan berdagang singkong.

Dengan jeli pria berusia 26 tahun ini Mengamati bahwa kebun singkong bisa disulap menjadi ladang emas. Di tangannya singkong di ubah menjadi penganan ringan yang laris dikonsumsi setiap orang. Ia memiliki strategi tersendiri. Agar calon pembeli tidak meremehkan produknya, ia membuat merek yang cukup modern, yaitu Tela KreZZ (tela berasal dari bahasa Jawa yang berarti singkong). Brand yang catchy dan mudah diingat.

Sebenarnya, ia membangun bisnis ini tidak dari awal. Almarhum ibunya dulu sempat membuat bisnis serupa dengan mengusung merek Homy Tela. Rupanya, usaha ini mengalami kegagalan. Strategi pemasarannya kurang tepat, cara berpromosinya kurang bagus dan tidak Kencar, serta pengelolaannya masih sangat konvensional.

Sebelum outlet itu tutup secara total, Firman menyusun strategi untuk melakukan sejumlah langkah inovasi. Singkong adalah kudapan yang lumrah di Yogyakarta. Juga mudah didapat karena gampang ditanam hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Pengolahannya bisa dilakukan di mana pun dan oleh siapa pun. Di Yogyakarta saja, ia bisa menggunakan sekitar 300-500 kilogram per hari dan menghasilkan cemilan hingga 2.000 bungkus, tergantung pada kualitas singkong yang ia dapat. Ia melakukan uji coba beberapa kali sampai menemukan resep untuk menghasilkan singkong yang lunak, seperti kentang. Baca selengkapnya…

Posted in Kewirausahaan0 Comments

Page 1 of 1012345...10...Last »
Obati dgn cream anti jerawat racikan dokter spesialis kulit.
Gunakan produk cream pemutih special!
Basmi dgn cream special. Terbukti ampuh!
Dapatkan tips lengkap cara menunrunkan berat badanmu di sini!